Rabu, 27 Januari 2016

sedih untuk masa mendatang

saya tidak lahir dikeluarga yang agamanya kuat. yang jika tidak solat tidak puasa, diomelin... keluarga saya cenderung ke "kalian sudah besar... sudah tau mana yg benar dan salah. hasilnya kalian jg yg nikmatin" yah, kurang lebih keluarga macam itu.
saya anak terakhir dari 7 bersaudara. usia saya memasuki tahun ke 25. dan saya sedang mengandung anak pertama. usia kandungan memasuki bulan ke 6.

saya bekerja di sebuah pabrik yang lokasinya "lumayan" jauh. pernah sekali saya coba ukur menggunakan go ride (aplikasi gojek) jalur dari rumah (ibu saya) ke kantor kurang lebih 23 km.

saya tidak mendapatkan fasilitas antar jemput. karena saya masih baru dikantor tersebut dan karena golongan saya dibawah standar golongan mereka yg dapat fasilitas. namun karna om saya kerja dibagian general affair kantor tersebut dan mendapat fasilitas antar jemput, terkadang saya pulang bareng dengan beliau.

pekerjaan saya tidaklah melelahkan, saya cuma harus mengerjakan beberapa pekerjaan didepan komputer. pendapatannya pun diatas rata2 lulusan diploma lainnya.

tempat inggal saya yang sekarang ini menyulitkan saya sendiri. terkadang pulang sendiri berganti ganti angkutan umum menyiksa saya pribadi. batin maupun fisik saya..

sedih rasanya jika didalam angkutan tiba tiba badan sakit. sedih rasanya lewat magrib masih dijalan...
saya kuat? ya, awalnya... saya berfikir, masi banyak perempuan pekerja lainnya yang juga mengalami nasib sama..
SAYA JUGA BISA

tapi kemudian, fikiran tambah bercabang... ketika anak saya lahir nantinya, saya harus pergi kerja meninggalkan anak saya ketika bahkan ia belum terbangun dari tidurnya. lalu pulang kerumah tapi ia sudah tidur terlelap... INI SEDIHNYA AMIT AMIT

jika ada yg bertanya, "suaminya kemana". suami saya adalah teknisi lapangan. ia bekerja dengan jam kerja yang tak tentu. jika jadwal yg diberikan pukul 3 sore. jam 3 sore lah dia mulai bekerja...

lalu fikiran rambah bercabang mengenai kepengurusan anak ketika masa cuti melahirkan telah selesai.
rumah yg sekarang saya dan suami tinggali adalah rumah ibu. ia sudah tua, dan memiliki kekurangan dalam pendengaran. ibu ingin setelah anakku lahir, kami tetap tinggal disini. sewa pengasuh untuk menjaga anak.
disisi lain juga karna saya tidak tega untuk meninggalkannya sendiri dirumah.

ibu dari suami saya tidak mengijinkan cucunya dipegang pengasuh yg tidak dikenal. ia bersedia merawat anak kami. kami senang mendengarnya...
namun, kami harus pindah kedekat rumah ibu dari suami saya karna ia tidak mungkin meninggalkan suami dan anaknya. tempat tinggal ibu dari suami saya akan menambah kesedihan saya mengenai jarak tempuh kantor ke rumah...

AKAN JADI IBU MACAM APA SAYA INI??

belum saya temukan jawaban mengenai kesedihan saya ini.
suami saya yang akan memutuskan dan saya wajib mengikuti keputusannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar